Tuesday 4 December 2012

Breakthrough!

 Dipindahkan dari : lindacheang.multiply.coom
Posting di Multiply : 23 Desember 2006

Judul di atas dikutip dari album terakhirnya Mary J Blige. Gw nulis di sini dengan jelas bahwa gw mengutip. Kalau nanti boleh jadi nanti ada yang ngerumpi bahwa gw bisanya jadi pengutip, sudah, deh, ga mau dipikirin lagi. Bukankah tidak salah kalo terinspirasi dari sebuah judul atau sebuah karya? Yang jelas gw tidak menjiplak isi album itu.


Breakthrough alias terobosan dalam hidup gw dimulai ketika beberapa waktu lalu memutuskan untuk mengubah cara pandang yang biasanya dari kebanyakan sisi jeleknya, atau sisi negatifnya ke cara pandang yang melihat dari sisi positifnya, So, jika kelak ada lagi teman, kenalan, relasi yang lebih banyak nyinyirnya, yah, berbesar hati saja untuk memaklumi dan memaafkan mereka, itu adalah cara paling baik untuk menangkis perasaan marah apalagi kalau marahnya berubah jadi dendam. Adalah hak asasi untuk setiap orang memiliki penilaian yang berbeda antara satu orang terhadap orang lain.


Terobosan pertama : memaafkan dan tidak menyalahkan siapa-siapa. Yeap! Gw yang harus bertanggung jawab sendiri atas hidup gw, dan kalau gw membiarkan pandangan negatif orang-orang lain terhadap gw dan gw tidak buat apapun untuk mengatasinya, mau sampai kapan gw membiarkan diri sendiri dibuat negatif terus? Gw kutip sebuah quote bagus dari Mary J Blige tentang ibunya : I blame her for nothing but I have forgave her for everything. Mendengarkan penuturan Ms Blige tentang bagaimana akhirnya dia merasa merdeka dan hidupnya berubah membaik justru setelah dia mampu memberi maaf, membuat gw berpikir bahwa gw juga selayaknya melakukan hal yang sama. Bukan cuma memaafkan ibu seperti yang dicontohkan Ms Blige, tetapi kepada semua orang yang sudah sempat membuat hidup gw terlihat dari segi negatifnya. Keluarga, saudara, relasi, sahabat, teman, rekan sekerja, bahkan orang-orang yang pernah berbuat jahat baik secara mental maupun fisik pada gw. Dengan terobosan ini, lebih baik untuk tidak lagi mengingat hal-hal buruk yang pernah gw alami, dan cukup sekilas memandangnya sebagai bagian dari sisi gelap kehidupan, sebagai pelajaran untuk menjadi lebih bijak tetapi tidak perlu lagi menjadi bagian dari sisi gelap itu.


Terobosan berikut : berdamai dengan kekurangan diri dan berani mengakuinya. Ini sulit saat dilaksanakan tetapi ketika dengan mengakui kekurangan diri adalah membawa kebaikan, maka setelah melaluinya, dengan melihat dari bingkai positif, kekurangan yang ada berganti menjadi peluang untuk meningkatkan kemampuan diri sendiri, termasuk di dalamnya bersedia minta maaf atas kesalahan tanpa gengsi. Meminta maaf diakui adalah salah satu perkara paling sulit, sebab lebih mudah menyakiti hati orang lain dengan seenaknya sendiri daripada berlapang hati untuk minta maaf telah membuat sakit. Setelah berdamai dengan diri sendiri, minta maaf adalah sebuah ketulusan untuk memperbaiki relasi. Setulusnya kepada semuanya, maafkanlah gw atas semua hal yang sudah gw lakukan yang membuat tidak berkenan, baik sengaja atau tidak disengaja. Agar gw juga terbebas dari perasaan tidak nyaman karena gw termasuk yang sulit untuk minta maaf.


Terobosan selanjutnya: lebih banyak melihat ke sisi positif agar gw bisa melihat kelebihan kelebihan yang bisa menutupi kekurangan. Semua orang tidak 100% sempurna tetapi kalau ambil segi positifnya, maka gw jadi bisa memilih untuk bersikap memaklumi kekurangan-kekurangan yang ada dan sebaiknya menilai lebih objektif dan lebih proporsional dari kelebihan-kelebihan yang ada. Dengan begitu memaklumi dan memaafkan akan jauh lebih mudah dijalani. Ini jauh lebih baik daripada gw membiarkan diri tersinggung lalu ingin balas dendam. Balas dendam hanya akan membuat diri terpenjara dalam sakit hati.


Setelah ditilik lagi, dengan terobosan baru, soal si ibu muda dalam blog gw yang lalu, ternyata masalahnya, bukan dari gw ini. Gw juga tidak perlu menyalahkan gw sendiri atas kemampuan gw yang memang baru sampai bisa segitunya. Di luar sana, masih banyak orang yang ingin bisa main piano tapi tidak punya kesempatan, jadi gw ini, kan, jauh lebih baik. Belajar piano saat sudah dewasa, juga merupakan sebuah terobosan, jadi gw juga perlu memberi waktu buat gw sendiri untuk menyesuaikan dengan kondisi gw yang jelas-jelas berbeda dengan pianis yang sudah mumpuni. Gw tidak melemparkan kesalahan kepadanya, gw dengan sadar memaafkan si ibu muda itu untuk segala hal buruk yang sudah dia perbuat kepada gw. Gw ga tau di mana sekarang dia berada dan sedang apa, namun berharap agar sesegera mungkin si ibu muda itu menanggalkan “senjata-senjata tajamnya” yang tidak kelihatan tetapi terasa sakit kala mencabik-cabik hati orang lain dan mengganti “senjata-senjata tajam” itu dengan dengan perkataan ibarat “air yang menyejukkan” . Semoga demikianlah adanya.


Kalau dengan beberapa tulisan gw, ada orang-orang yang merasa tersindir atau tersinggung sebetulnya gw ingin bertanya balik pada mereka, adakah mereka sempat berpikir sesaat saja bahwa ada bagian dari perilaku mereka yang sudah lebih dulu buat gw juga tersindir dan tersinggung? Seringkali gw lihat kenyataannya mereka yang sudah berbuat sedemikian terlihat merasa itu adalah sah-sah saja tanpa mau tahu bahwa hal itu membuat gw terluka. Tapi mana mau, kan kalau sukarela untuk mengaku terang-terangan. Maka, berkat terobosan, to forgive them for everything adalah caranya membebaskan diri gw sendiri dari tawanan perasaan sakit hati dan marah. Gw sudah memaafkan mereka untuk apapun perbuatan mereka, untuk semuanya walau mereka tidak memintanya. But to forgive, does not mean to forget, sebab memaafkan adalah memilih untuk tidak mengingat kembali atau kesalahan, keburukan yang yang sudah lewat meski tidak bisa melupakannya. Setidaknya, selesai memaafkan gw harus lebih hati-hati lagi menghadapi orang-orang dengan karakter yang unik, yang boleh jadi lebih banyak menilai dari cara pandang negatif.


Belajar mengganti bingkai cara pandang dari negatif ke positif, membawa hasil penglihatan yang beda. Gw bisa protes pada diri sendiri, begonya gw, ya, mau-maunya dulu itu dibuat supaya pakai bingkai negatif orang lain ditempatkan pada bingkai gw sendiri, ya, jadinya hasilnya negatif melulu. Kalo ibarat rol film, warna rol filmnya coklat, warna merah di foto terlihat jadi hijau. Jelek, lah. Setelah si film dicetak ke positif, baru keliatan bahwa ada warna-warna yang indah. Gituh, deh….so, then I have forgave myself juga. Yeap! Ayo, ganti bingkainya, ubah cara pandangnya dan feel the healing process. Get the better life.

No comments:

Post a Comment