Monday 15 June 2015

Busyet, deh! - Kerja dan Pekerjaan

Busyet, deh, kerjaan gua banyak bener hari ini!

Itu adalah umpatanku spontan ketika menyadari bahwa di hari itu sudah ada daftar pekerjaan yang menunggu untuk diselesaikan.

Menjawab pesan klien, mengurus pekerjaan rumah tangga, membaca ulang revisi, sampai membuat revisi makalah untuk presentasi di sebuah kelas. 

Namun aku masih lebih baik kondisinya. Di suatu hari Minggu selepas saya pulang ibadah, saya diberitahu oleh mam bahwa akan ada 2 orang pekerja yang akan datang mengambil dan menimbang barang rongsokan yang akan dijual per kilogram. Rongsokan berupa kumpulan barang-barang pernak-pernik otomotif peninggalan Alm. Papa dan kami sekeluarga memang sudah tak bisa mengunakannya lagi.

Dua orang pekerja tsb bekerja mulai Pk 10.00 dan harus istirahat pada tengah hari karena ternyata barang yang dipindahkan amat banyak. Disambung lagi selepas istirahat yang cukup panjang, akhirnya mereka berhenti setelah sekitar 2 jam bekerja karena kelelahan. Seorang pekerja bahkan mengaku sudah mulai demam karena barang yang sangat bejibun yang harus diangkatnya. Apalagi menurut pengakuannya, dia semalam sebelumnya bekerja lembur di sebuah toko roti.

Kedua pekerja tsb mendapatkan upah yang cukup besar bagi mereka di hari itu yang tidak mencapai 8 jam kerja. Ditambah uang untuk makan siang dan segelas Teh Mahkota Dewa Hangat unbtuk si pekerja yang demam. Keponakanku yang lelaki turut bekerja dan tentu diapun dapat upah dari kami.






Aku menyoroti si pekerja yang demam karena kelelahan bekerja. Seorang laki-laki berperawakan sedang, etnis Jawa, usia sekitart 30-an tahun dan pendidikannya anggaplah lulus SMA. Melihatnya bekerja keras sampai segitu kerasnya demi mencari nafkah untuk keluarganya, aku salut padanya karena dia menyadari hanya tenaga yang dia punya dan dia gunakan tenaganya untuk bekerja, dengan tanpa merasa malu atau rendah diri dengan pekerjaan kasar menjadi kuli barang rongsokan.  Pun demikian dia bekerja dengan semangat dan aku yakin jika dia tidak demam atau keburu kelelahan karena banyak barang rongsokan, tentu dia mau saja bekerja lebih lama lagi.

Kami sekeluarga tidak kaku menerapkan aturan jam kerja yang harus zakelijk kepada dua pekerja tsb karena kami sadar, barang yang harus diangkut amat banyak dan kami juga harus memikirkan kondisi para pekerja itu. Sekian jam berlalu dan barang-barang di garasi Alm. Papa kami masih sangat banyak yang belum dipindahkan. Kami akhirnya sepakat bahwa kedua pekerja dan keponakan kami untuk berhenti sebelum petang menjadi gelap dan mereka akan datang kembali melanjutkan pekerjaan di hari yang sudah disepakati. 

Di satu sisi, memang kami jadi sedih melihat barang-barang peninggalan Papa akhirnya hanya dijadikan barang rongsokan karena berbagai alasan, namun mengingat bahwa di luar sana barang rongsokan pun bisa memberi rejeki bagi orang lain, itu sedikit melegakan kami.

Si pekerja dan aku bila dibandingkan memang jauh, lah. Aku jauh lebih beruntung saat ini aku punya pekerjaan yang kubuat sendiri walau skalanya masih usaha mikro, tetapi sudah membuatku enak dengan waktu pekerjaan yang bisa aku tentukan sendiri. Aku bisa libur atau cuti kapanpun aku mau, dan akulah atasan atas diriku sendiri. Penghasilanku juga jelas lebih banyak daripada besaran upah yang didapat si pekerja kuli rongsokan itu karena aku menggunakan segala yang kupunya untuk mendukung pekerjaanku. Pokoknya sekarang aku bisa mengatur apapun pekerjaanku dengan ujung jari-jariku. Aku melakukan hal-hal yang kusukai dan itu bisa menghasilan pendapatan. Akupun masih bisa memberi dukungan untuk Mama yang sekarang mengambil alih semua urusan pekerjaan Papa yang ditinggalkan. Betapa aku ini  beruntung dan aku bersyukur untuk itu.

Tentu ada pelajaran berharga yang bisa kutimba dari para pekerja kuli rongsokan tsb, Pekerjaan halal apapun yang dilakukan dengan hati tulus dan kesadaran sesadar-sadarnya untuk menafkahi keluarga, merupakan perjuangan yang harus dilakukan dan layak jika kelak mendapatkan keberuntungan. Setiap orang yang bekerja dengan sungguh-sungguh, apapun pekerjananya selama halal dan tidak menentang kebenaran, plus hidup dengan baik (tidak munafik) aku percaya, rejeki dan keberuntungan datang melimpah  itu bukan perkara mustahil.

Maka tentu bisa dimaklumi kalau aku suka kesal mendapati orang-orang muda yang justru mau gampangnya saja, mau cari pekerjaan enak dengan pendapatan besar tapi nggak mau susah. Duh! Apalagi ditambahi alasan : gengsi, dong!

Tak banyak orang tahu untuk mencapai kondisi enak seperti sekarang, aku memulainya dari bawah sekali, dengna modal dengkul, aku pernah berjualan a la pedagang kaki lima di sebuah taman besar Kota Bandung, merasakan seretnya pemasukan dari penjualan yang berkeliling. Belum lagi pernah dikerjai pembeli, dicerca klien yang agak psikopat dan sederet peristiwa negatif yang bisa bikin aku menangis karena sedih, namun pengalaman tsb membuatku semakin kaya akan rona kehidupan. 

Kerja keraslah jika ingin jadi orang sukses karena tidak pernah ada sukses itu dengan cara instan. Apalagi pakai mengeluh dan gengsi. Sukses itu kadang mesti diraih dengan cucuran darah, keringat dan air mata lebih dulu, maka kalau ada pekerjaan yang menawarkan kemudahan impian-impian kayak mengawang-ngawang, koq, rasanya kenyataan hidup taklah seindah di awang-awang gitu, ya? 


Bagi siapapun yang membaca tulisanku ini yang bekerja keras cara halal di jalan kebenaran, dengan hati yang tulus, bersemangat, apalagi berani tidak gengsi, aku harapkan rejeki dan keberuntungan segera datang untuk Anda. Sang Pencipta Yang Mahakuasa memberkati kita semua yang bekerja dengan benar. 


Busyet, deh, hari gini masih ada yang manja nggak mau kerja dan masih gengsi dengan jenis pekerjaan kasar? :P

No comments:

Post a Comment