Sunday 30 November 2014

Menjadi Jurnalis Itu.... (1)

"Foto kamu, tuh, ada di koran PR." kata Papa satu saat.

Lalu Papa menunjukkan koran dimaksud dan memang ada sebuah foto tentang tempat sampah di depan sebuah kantor instansi pemerintah yang sudah tak ada kantongnya.



Gambar di atas adalah foto pertamaku yang dimuat di koran regional tsb, setelah diunggah dulu ke grup fesbuk khusus para netizen, atau para jurnalis yang berasal dari warga awam.

Aku, ya, cukup senang juga walau sebenarnya pemuatan foto karya sendiri di koran lokal itu adalah sesuatu hal yang biasa saja, bukan untuk dibuat geger atau heboh. Bisa dikatakan, it is not a big deal, anyway, tapi aku suka bila foto itu bisa menggugah kesadaran banyak orang akan hal yang terjadi di kotaku.

Berikutnya masih ada 3 buah fotoku lagi yang dimuat di koran lokal tsb, tentang pot bunga beton yang dipasang di trotoar sehingga menghalangi pejalan kaki, tentang pencemaran Kali Cibeureum sampai yang paling akhir ketika tulisan ini dibuat, sebuah halte bus yang dikelilingi pedagang.









Aku paling menyukai ketika fotoku tentang pencemaran Kali Cibeureum dimuat di koran lokal tsb edisi Hari Minggu, karena fotoku berwarna ditampilkan utuh, dan ealah, koq, pas di halaman yang bersebelahan dengan artikel wawancaranya jurnalis koran lokal tsb dengan Bapa Uskup Bandung yang baru, saat itu Beliau belum tahbisan ketika diwawancara. Kayak boleh ada yang ngatur. Bagi beberapa orang temanku, hal tsb merupakan prestasi atau kehormatan. Bagiku, sih, yah, masih biasa ajah...makanya aku heran juga mendengar pernyataan beberapa teman yang menyanjungku sampai aku merasa sepertinya terkesan berlebihan.

Hal seputar Si Bapa Uskup ini nanti yang justru akan bikin kejutan buat aku sendiri nantinya. Akan kuceritakan di lain artikel, itu pun kalau aku mau. :D

Sebelum postingan foto-fotoku dipasang di koran lokal, sebenarnya aku sudah memulai kegiatan jurnalisme a la warga awam di satu blog yang memang khusus menampung artikel para warga Indonesia atau warga dunia yang bisa berbahasa Indonesia. DI situ aku sudah menjadi kontributor tetap sepanjang lima tahun usia blog jurnalisme warga tsb.

Perihal aku bisa kirim foto-foto untuk dimuat di koran lokal, itu karena aku menjadi anggota di sebuah grup fesbuk khusus netizen dari koran lokal tsb, yang memang khusus untuk posting foto-foto apapun yang memiliki nilai berita atau berupa laporan, khususnya tentang situasi di kotaku. Boleh dikatakan grup fesbuk ini mendorong warga kotaku untuk menyampaikan apapun tentang yang terjadi di kota supaya, menjadi perhatian instansi terkait untuk diperbaiki bila ada yang tidak beres, dan untuk diapriesiasi bersama-sama bila sudah ada peristiwa/hal yang baik dan positif.

Kemungkinan dari aktifnya aku mengikuti berita di grup fesbuk tsb, naluriku menjadi jurnalis a la awam semakin terasah. Maka ketika aku mendapatkan permintaan dari beberapa teman pribadi atas rasa penasaran mereka terhadap Si Bapa Uskup Bandung baru tsb, aku mencoba kegiatan jurnalisme lainnya yaitu : melakukan wawancara. Rupanya empat tulisan artikelku tentang Si Bapa Uskup Bandung baru di blog jurnalisme warga tsb, masih belum bisa menuntaskan rasa penasaran beberapa orang.

Ceritanya jadi wartawan dadakan karena sebelumnya aku lebih sering diwawancara (hehehehe, berasa aku ini orpen), atau aku lebih sering memberikan kontribusi berupa lapanta, alias laporan pandangan mata.


Bersambung.....


Cibeureum - Bandung, 30 November 2014

No comments:

Post a Comment