Dipindahkan dari : lindacheang.multiply.coom
Posting di Multiply : 23 Desember 2006
Judul di atas dikutip dari album terakhirnya Mary J Blige. Gw nulis di
sini dengan jelas bahwa gw mengutip. Kalau nanti boleh jadi nanti ada
yang ngerumpi bahwa gw bisanya jadi pengutip, sudah, deh, ga mau
dipikirin lagi. Bukankah tidak salah kalo terinspirasi dari sebuah judul
atau sebuah karya? Yang jelas gw tidak menjiplak isi album itu.
Breakthrough
alias terobosan dalam hidup gw dimulai ketika beberapa waktu lalu
memutuskan untuk mengubah cara pandang yang biasanya dari kebanyakan
sisi jeleknya, atau sisi negatifnya ke cara pandang yang melihat dari
sisi positifnya, So, jika kelak ada lagi teman, kenalan, relasi yang
lebih banyak nyinyirnya, yah, berbesar hati saja untuk memaklumi dan
memaafkan mereka, itu adalah cara paling baik untuk menangkis perasaan
marah apalagi kalau marahnya berubah jadi dendam. Adalah hak asasi untuk
setiap orang memiliki penilaian yang berbeda antara satu orang terhadap
orang lain.
Terobosan pertama : memaafkan dan tidak
menyalahkan siapa-siapa. Yeap! Gw yang harus bertanggung jawab sendiri
atas hidup gw, dan kalau gw membiarkan pandangan negatif orang-orang
lain terhadap gw dan gw tidak buat apapun untuk mengatasinya, mau sampai
kapan gw membiarkan diri sendiri dibuat negatif terus? Gw kutip sebuah
quote bagus dari Mary J Blige tentang ibunya : I blame her for nothing
but I have forgave her for everything. Mendengarkan penuturan Ms Blige
tentang bagaimana akhirnya dia merasa merdeka dan hidupnya berubah
membaik justru setelah dia mampu memberi maaf, membuat gw berpikir bahwa
gw juga selayaknya melakukan hal yang sama. Bukan cuma memaafkan ibu
seperti yang dicontohkan Ms Blige, tetapi kepada semua orang yang sudah
sempat membuat hidup gw terlihat dari segi negatifnya. Keluarga,
saudara, relasi, sahabat, teman, rekan sekerja, bahkan orang-orang yang
pernah berbuat jahat baik secara mental maupun fisik pada gw. Dengan
terobosan ini, lebih baik untuk tidak lagi mengingat hal-hal buruk yang
pernah gw alami, dan cukup sekilas memandangnya sebagai bagian dari sisi
gelap kehidupan, sebagai pelajaran untuk menjadi lebih bijak tetapi
tidak perlu lagi menjadi bagian dari sisi gelap itu.
Terobosan
berikut : berdamai dengan kekurangan diri dan berani mengakuinya. Ini
sulit saat dilaksanakan tetapi ketika dengan mengakui kekurangan diri
adalah membawa kebaikan, maka setelah melaluinya, dengan melihat dari
bingkai positif, kekurangan yang ada berganti menjadi peluang untuk
meningkatkan kemampuan diri sendiri, termasuk di dalamnya bersedia minta
maaf atas kesalahan tanpa gengsi. Meminta maaf diakui adalah salah satu
perkara paling sulit, sebab lebih mudah menyakiti hati orang lain
dengan seenaknya sendiri daripada berlapang hati untuk minta maaf telah
membuat sakit. Setelah berdamai dengan diri sendiri, minta maaf adalah
sebuah ketulusan untuk memperbaiki relasi. Setulusnya kepada semuanya,
maafkanlah gw atas semua hal yang sudah gw lakukan yang membuat tidak
berkenan, baik sengaja atau tidak disengaja. Agar gw juga terbebas dari
perasaan tidak nyaman karena gw termasuk yang sulit untuk minta maaf.
Terobosan
selanjutnya: lebih banyak melihat ke sisi positif agar gw bisa melihat
kelebihan kelebihan yang bisa menutupi kekurangan. Semua orang tidak
100% sempurna tetapi kalau ambil segi positifnya, maka gw jadi bisa
memilih untuk bersikap memaklumi kekurangan-kekurangan yang ada dan
sebaiknya menilai lebih objektif dan lebih proporsional dari
kelebihan-kelebihan yang ada. Dengan begitu memaklumi dan memaafkan akan
jauh lebih mudah dijalani. Ini jauh lebih baik daripada gw membiarkan
diri tersinggung lalu ingin balas dendam. Balas dendam hanya akan
membuat diri terpenjara dalam sakit hati.
Setelah ditilik
lagi, dengan terobosan baru, soal si ibu muda dalam blog gw yang lalu,
ternyata masalahnya, bukan dari gw ini. Gw juga tidak perlu menyalahkan
gw sendiri atas kemampuan gw yang memang baru sampai bisa segitunya. Di
luar sana, masih banyak orang yang ingin bisa main piano tapi tidak
punya kesempatan, jadi gw ini, kan, jauh lebih baik. Belajar piano saat
sudah dewasa, juga merupakan sebuah terobosan, jadi gw juga perlu
memberi waktu buat gw sendiri untuk menyesuaikan dengan kondisi gw yang
jelas-jelas berbeda dengan pianis yang sudah mumpuni. Gw tidak
melemparkan kesalahan kepadanya, gw dengan sadar memaafkan si ibu muda
itu untuk segala hal buruk yang sudah dia perbuat kepada gw. Gw ga tau
di mana sekarang dia berada dan sedang apa, namun berharap agar sesegera
mungkin si ibu muda itu menanggalkan “senjata-senjata tajamnya” yang
tidak kelihatan tetapi terasa sakit kala mencabik-cabik hati orang lain
dan mengganti “senjata-senjata tajam” itu dengan dengan perkataan ibarat
“air yang menyejukkan” . Semoga demikianlah adanya.
Kalau
dengan beberapa tulisan gw, ada orang-orang yang merasa tersindir atau
tersinggung sebetulnya gw ingin bertanya balik pada mereka, adakah
mereka sempat berpikir sesaat saja bahwa ada bagian dari perilaku mereka
yang sudah lebih dulu buat gw juga tersindir dan tersinggung?
Seringkali gw lihat kenyataannya mereka yang sudah berbuat sedemikian
terlihat merasa itu adalah sah-sah saja tanpa mau tahu bahwa hal itu
membuat gw terluka. Tapi mana mau, kan kalau sukarela untuk mengaku
terang-terangan. Maka, berkat terobosan, to forgive them for everything
adalah caranya membebaskan diri gw sendiri dari tawanan perasaan sakit
hati dan marah. Gw sudah memaafkan mereka untuk apapun perbuatan mereka,
untuk semuanya walau mereka tidak memintanya. But to forgive, does not
mean to forget, sebab memaafkan adalah memilih untuk tidak mengingat
kembali atau kesalahan, keburukan yang yang sudah lewat meski tidak
bisa melupakannya. Setidaknya, selesai memaafkan gw harus lebih
hati-hati lagi menghadapi orang-orang dengan karakter yang unik, yang
boleh jadi lebih banyak menilai dari cara pandang negatif.
Belajar
mengganti bingkai cara pandang dari negatif ke positif, membawa hasil
penglihatan yang beda. Gw bisa protes pada diri sendiri, begonya gw, ya,
mau-maunya dulu itu dibuat supaya pakai bingkai negatif orang lain
ditempatkan pada bingkai gw sendiri, ya, jadinya hasilnya negatif
melulu. Kalo ibarat rol film, warna rol filmnya coklat, warna merah di
foto terlihat jadi hijau. Jelek, lah. Setelah si film dicetak ke
positif, baru keliatan bahwa ada warna-warna yang indah. Gituh, deh….so,
then I have forgave myself juga. Yeap! Ayo, ganti bingkainya, ubah cara
pandangnya dan feel the healing process. Get the better life.
No comments:
Post a Comment