Sabtu, 5 November 2016
Apa kira-kira yang dibayangkan
orang ketika mendengar ada acara diskusi buku dilakukan pada sebuah kedai kopi
kecil, di dalam pasar tradisional?
Iya, pasar tradisional! Tempat
yang biasanya adalah tempat berjualan keperluan dapur rumah tangga sehari-hari
seperti : daging ayam, daging sapi, ikan, sayur-sayuran dan bumbu-bumbu. Plus
kesan becek, kumuh dan bau amis.
Bikin acara bincang santai,
dengan penulis bukunya orang asing, di dalam pasar? YANG BENAR SAJA???!!
Kalau aku katakan, MEMANG BENAR!!
Lalu mau apa?
Ketika aku lontarkan ide untuk
acara informal seperti ini kepada si penulis buku, yang adalah temanku, Olivier
Johannes Raap alias Oli. Memang benar, mula-mulanya sekali Oli sempat ragu dan kuatir,
tidak akan banyak orang yang akan datang mengikuti acaranya. Apalagi, aku juga
sempat mendengar dari beberapa kali acara diskusi di Kedai Kopi Los Tjihapit
ini, bisa dikatakan, hanya beberapa kali acara saja yang pesertanya bisa
banyak. Menurut kabar bahkan pernah ada suatu acara, pesertanya hanya dihadiri
3 orang!
Aku tetap pada pendirian dan
ideku untuk adakan acara di kedai kopi ini, yang jujur saja, 2 orang pemiliknya
pun aku baru kenal tidak dalam waktu lama. Aku hanya punya sedikit keyakinan
bahwa acara yang akan kupandu ini, PASTI akan mampu mendatangkan lebih banyak
peserta, setidaknya 15 orang. Tujuanku adalah, agar semua yang terlibat di
acara, bisa terbuka wawasannya dan punya pengalaman unik, bahwa acara seserius
diskusi buku ini, bisa-bisa saja diadakan di dalam pasar, dan semoga saja kelak
terus teringat menjadi kenangan, pernah ikut acara diskusi seru di dalam pasar
:D
Bagaimana caranya?
Promosikan acaranya secara tepat
waktu ke beberapa grup fesbuk komunitas di fesbuk yang aku ikuti, terutama
komunitas yang berkaitan dengan isi buku-bukunya Oli : dokumentasi sejarah
dalam kartu-kartu pos kuno, kala Nusantara waktu itu masih bernama Hindia
Belanda. Juga promosikan melalui cara apapun kepada teman-teman yang aku kenal,
yang aku tahu, suka dengan sejarah, suka dengan buku sejarah dan tentunya tak
lupa, bantuan usaha dari si penulis bukunya juga yang punya relasi amat banyak,
termasuk bantuan dari pemilik kedai yang ikut promosi di lokasi pasarnya. Tak lupa,
mengingatkan para calon peserta acara pada sehari sebelum acara berlangsung.
Bantuan pun dilakukan oleh penerbit bukunya yang mempersiapkan 2 standing banner untuk di lokasi acara dan 5 lembar poster promosi seperti gambar terlampir. Staf dari penerbit buku juga ikut bantu menyiapkan proyektor dan layar untuk menampilkna gambar-gambar. Penyebaran poster dilakukan oleh para pemilik kedainya di sekitaran Pasar Cihapit yang legendaris. Tentu ada, dong, poster yang ditem[el di dinding kedai kopinya, sebagai penanda tempat acara. Pokoknya, kedua pemilik kedainya amat kooperatif membantu Oli dan saya untuk kekuksesan acara.
Bantuan pun dilakukan oleh penerbit bukunya yang mempersiapkan 2 standing banner untuk di lokasi acara dan 5 lembar poster promosi seperti gambar terlampir. Staf dari penerbit buku juga ikut bantu menyiapkan proyektor dan layar untuk menampilkna gambar-gambar. Penyebaran poster dilakukan oleh para pemilik kedainya di sekitaran Pasar Cihapit yang legendaris. Tentu ada, dong, poster yang ditem[el di dinding kedai kopinya, sebagai penanda tempat acara. Pokoknya, kedua pemilik kedainya amat kooperatif membantu Oli dan saya untuk kekuksesan acara.
Singkat kisah, pada waktunya
menjelang acara dimulai, yang datang sudah cukup banyak, termasuk beberapa
peserta yang kabarnya sempat kesasar. Umumnya peserta yang kesasar tidak mengira bahwa di salam Pasar Cihapit ada kedai kopi untuk tempat kumpul-kumpul, apalagi untuk diskusi buku.
Setelah acara dimulai, ketika Oli memperlihatkan koleksi foto-fotonya yang utamanya bertemakan Djawa dan Soenda Tempo Doeloe, peserta mulai banyak berdatangan, bahkan sampai ada yang mojok-mojok, dan rela berdesakan di dalam lorong-lorong pasar, yang hawanya mulai panas, walau kondisi kebersihan pasarnya sangat patut diacungi jempol!
Setelah acara dimulai, ketika Oli memperlihatkan koleksi foto-fotonya yang utamanya bertemakan Djawa dan Soenda Tempo Doeloe, peserta mulai banyak berdatangan, bahkan sampai ada yang mojok-mojok, dan rela berdesakan di dalam lorong-lorong pasar, yang hawanya mulai panas, walau kondisi kebersihan pasarnya sangat patut diacungi jempol!
Dari daftar hadir yang diedarkan,
yang menuliskan namanya ada 37 orang, jika dihitung dengan yang tidak ikut
menuliskan namanya, mungkin bisa mencapai lebih dari 40 orang. Buatku pribadi,
untuk acara di dalam pasar seperti ini, jumlah segitu layak mendapat predikat
LUAR BIASA!
Amat berterima kasih kepada para
komunitas seperti LayarKita serta Klab Foolosophy & Klab Baca Minggu Sore,
yang sudah memberikanku ide untuk mengadakan acara diskusi buku di dalam pasar.
Terima kasih pula kepada para
pemilik kedai, Pak Bayu dan Pak Andri yang sudah rela menyediakan tempatnya
sekaligus sudah membantu menguruskan izin acara kepada pengurus pasar.
Terima kasih kepada si penulis
bukunya, Olivier Johannes dan rekannya Jaka Sandi Agung, jauh-jauh datang dari Kediri yang sudah mau diajak
"gila", untuk membuat acara bincang santai di dalam pasar, bahkan
Sandi sampai rela ndlosor di lantai demi ikut membuat suksesnya acara ketika menjadi
operator laptop.
Tentu kepada penerbit bukunya, KPG, yang sudah mengutus 2 orang stafnya, Pak Bambang dan Pak Dani, ikut
mendukung acara dengan perlengkapannya dan turut senang, bahwa jualan bukunya
laku, bahkan sampai ada 1 judul buku yang kehabisan stok, sehingga justru saya
yang dapat protes dari beberapa peserta yang ingin beli bukunya, karena
nggak kebagian :D
Banyak terima kasih kepada
teman-teman peserta dari latar belakang komunitas mana saja, yang sudah mau hadir dan rela berdesakan, dan
juga rela antri dengan tertib saat sesi otograf. Suksesnya acara karena ada
interaksi yang atraktif dari mereka semua para peserta.
Puji Tuhan! Syukur kepada Allah,
acara yang "nyeleneh" ini akhirnya berlangsung sukses, walau tentunya
jelas, masih banyak kekurangan di sana-sini yang memerlukan perbaikan dan peningkatan.
Selepas acara yang melelahkan namun sukses, saatnya : MAKAN! Dan kamipun meluncur ke sebuah restoran yang mengusung konsep menu campuran Indonesia - Belanda, di dalam sebuah rumah tua zaman Hindia Belanda yang masih mempertahankan interior aslinya.
Selepas acara yang melelahkan namun sukses, saatnya : MAKAN! Dan kamipun meluncur ke sebuah restoran yang mengusung konsep menu campuran Indonesia - Belanda, di dalam sebuah rumah tua zaman Hindia Belanda yang masih mempertahankan interior aslinya.
Sampai jumpa di acara diskusi
buku dan bincang santai berikutnya!
Tot ziens!
Linda Cheang
Bandung, 30 November 2016