Selamat Tahun Baru 2015,
kiranya tahun yang baru, lebih membawa banyak kebahagiaan kepada kita semua.
2014 yang baru lewat,
merupakan tahun yang luar biasa untukku, sekaligus juga tahun prihatin di
bagian akhirnya. Di awal tahunnya, aku sampaikan tekad di hadapan
rekan-rekan jemaat pada ibadah awal tahun, bahwa aku mau belajar untuk hidup seturut kehendak Tuhan,
walaupun aku juga membuat beberapa perencanaan secara garis besar. Kenapa hanya
perencanaan garis besar?
Di tahun-tahun sebelumnya,
setiap perencanaan sampai detil yang kubuat, lebih banyak berantakannya
daripada kejadiannya. Malah lebih sering yang terjadi adalah hal-hal yang justru di luar
perencanaanku. Membuat aku berpikir, buat perencanaan secara garis besar saja,
dan biarkan berikutnya dalam perjalanan pelaksanaannya, diserahkan dalam doa,
meminta pimpinan hikmat dari Tuhan yang kupercayai. Sepanjang 2014 lalu rupanya cara ini lumayan berhasil.
Banyak hak-hal menyenangkan
dan membahagiakan terjadi justru karena aku tak rencanakan dulu sebelumnya. Ada
beberapa kejadian menyenangkan yang datang secara tiba-tiba. Aku memang sudah terlatih untuk menghadapi hal-hal yang tak
terduga, tak terencana, dan ketika yang terjadi adalah hal-hal menyenangkan,
tentu hasilnya adalah
aku merasa lebih
bahagia. Namun ketika yang terjadi adalah hal yang
mengexewakan, akupun tak perlu marah berlebihan. Aku lebih
bahagia di 2014 daripada ketika di 2013. Lebih bahagia ini tak selalu karena
kelimpahan materi lebih banyak, tetapi justru ketika aku bisa lebih banyak
berbuat menolong dan berbagi dengan yang lain.
Mauku, sih, ketika menempuh apapun yang sudah kurencanakan, ibarat perjalanan dimulai dari titik 1 ke titik 2, perjalanan berlangsung mulus tanpa perlu ada ATHG, alias Ancaman, Tantangan,
Hambatan dan Gangguan. Tinggal jalan
langsung aja dari titik 1 ke titik 2, lancar jaya sampai beres. Selanjutnya lanjut dari titik
2 ke titik 3 dan berlanjut seterusnya. Mengharapkan perjalanan yang mangkus dan
sangkil (efektif dan efisien), sehingga hemat energi dan biaya. Tentunya kelancaran dalam perjalanan hidup,
membuat aku akan lebih nyenyak tidur.
Tapi, apa yang terjadi?
Ketika menjalani perjalanan hidup dari titik 1 ke titik 2 saja, kadang kala
ternyata aku terpaksa dan dipaksa (!) harus pakai belok-belok dulu. Terkadang harus mundur dulu 10 langkah kemudian maju lagi tapi cuma bisa selangkah,
kemudian harus belok
lagi, memutar untuk kembali ke tengah, mundur lagi, belok lagi, maju sedikit,
melambung jauh dulu. Ada lagi harus menanjak berat dengan terengah-engah
hingga serasa nyaris kehabisan napas, atau bahkan menurun amat curam sampai
jatuh tersungkur,
terjerembab dan terluka, untuk kemudian bangkit lagi. Setiap kali jatuh, setiap
kali itu pula aku memacu diri untuk bangkit melanjutkan perjalanan, kadang dengan membawa bekas luka yang ada kalanya belum kering. Tidak ada
satupun perjalananku yang mulus sangat, tanpa keterlibatan unsur dari ATHG tsb. Tidak
ada!
Seringkali ATHG itu muncul
justru dari lingkaran internalku. Keluarga, kerabat, teman/sahabat,
rekan/mitra kerja, dan masih banyak lagi, tak perlu, lah hitung yang dari
lingkaran eksternal.
Ini semakin membuatku merasa terbeban benar menjalani kehidupan yang terasa
berat, sampai pernah beberapa kali aku gunakan hakku untuk mengeluh pada Tuhan,
"Ya, Tuhan, kenapa
harus aku?" dan seringkali jawaban Tuhan hanya keheningan seakan tanpa
kepastian. Atau di
lain waktu, Tuhan berkenan menanggapi pertanyaanku itu, justru dengan balik
bertanya,
"Mengapa bukan kamu,
Nak?"
Lha, aku bertanya, koq,
malah jadi disuruh mikir? Akhirnya aku hanya bisa membawa pertanyaan Tuhan tsb ke dalam banyak
permenungan dan
doa-doa kepasrahan.
Benarlah bahwa jalan Tuhan bukan jalannya manusia. Rancangan Tuhan bahkan
seringkali luar biasa, di luar dugaan! Hal-hal dalam Tuhan, seringkali di luar
batas kemampuan manusia bernalar, bagi yang percaya. Benarlah ungkapan yang sering terlontar ini
"manusia boleh berusaha, namun Tuhan juga yang menentukan". Apapun
yang terjadi dalam hidupku itu, seringkali di luar yang aku sempat pikirkan.
Bahkan Tuhan berkali-kali membuat kesulitan, kesedihan, ketidaksenangan, kekecewaan
yang terjadi padaku,
justru sebenarnya untuk melindungiku dari mara bahaya yang tidak aku
lihat pada saat itu.
Ams 19:21 Banyaklah
rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana.
Hitung Berkat, Mengurangi
Keluhan
Tentu, aku tidak bisa untuk tidak mengeluh
sama sekali, tetapi ada strategi yang kuterapkan untuk semakin mengurangi
keluhan yang tidak perlu. Hitunglah berkat.
Kulihat lagi ke 2014,
ternyata jauh lebih banyak berkat yang kudapatkan daripada hal-hal yang bisa
kukeluhkan dengan tak perlu. Kesehatan yang
lebih baik daripada sewaktu di 2013, walau di 2014
aku berkali-kali
sakit, tetapi intensitasnya tak sebanyak ketika aku sakit di 2013. Kalaupun
sakit, cukup berobat ke klinik langganan berbiaya murah meriah dengan obat generik, aku sudah bisa
sembuh. Apalagi sejak aku menjadi peserta BPJS, berobat bisa gratis, selama
masih dalam batas pertanggungannya. Pun
begitu, aku masih tak perlu sampai di rawat inap di rumah sakit. Cukup sudah, 2
kali dalam hidupku, aku dirawat inap, walau biayanya gratis sekalipun, aku tak mau lagi, kalau bisa.
Perjumpaan dengan banyak
orang-orang baru, komunitas baru, membuatku makin bersemangat. Menambah banyak wawasan ketika berjumpa dengan orang-orang baru yang berkualitas yiihaaaa. Walau juga
harus kuakui, di dalam perjumpaan dengan banyak orang baru tsb, ada saja, sih, yakni oknum (karena tidak semuanya) orang-orang yang, maaf saja, aku
sampaikan secara jujur, kualitasnya yaiksss banget, membuatku merasa tidak perlu meneruskan
relasi apapun dengan
orang-orang kualitas yaikss tsb. Namun aku mendapat pembelajaran baru, hikmat
baru, sehingga lebih
sadar bahwa setiap orang adalah
inndividu yang unik, tak ada yang sama satu dengan yang lain.
Kebahagiaan ketika
mengetahui dengan jelas dan sahih, seseorang yang menjadi orang penting, menduduki sebuah posisi yang mulia dalam pelayanan
kepada umat dan kemanusiaan, ternyata
masih kerabat keluarga jauhku, bahkan justru relasi kami sekarang jadi
akrab di dalam kasih Tuhan, mengingat sebelumnya kami tak saling kenal dan tak pula dikenalkan oleh seseorang yang sesungguhnya adalah sahabat
kami. Tuhanlah dengan
caraNya yang ajaib, akhirnya menyambungkan relasi kami hingga kami jadi
akrab. Pertalian darah jauh lebih kuat daripada persahabatan, hingga melakukan caranya sendiri mempertemukan para saudara jauh
yang masih berkerabat.
Kesempatan menikmati
keindahan berbagai kota orang lain di lain provinsi, beberapa kali
mendukung teman-teman dan para rekan. Kesempatan menikmati beberapa petualangan baru,
belajar hal-hal baru,
dapatkan berbagai pengalaman baru, membuka wawasan baru. Masih banyak lagi.
Hal-hal menyenangkan ini membuatku merasa bahagia lebih banyak daripada setahun
sebelumnya. Rasa bahagia membuatku lebih jernih, dan lebih bisa bersikap realistis menghadapi
berbagai persoalan, sehingga tidak perlu kelewat emosional selama mencari
penyelesaiannya dan tentu, lebih santai juga menyikapi beratnya hidup, meski
bukan berarti aku lalai untuk waspada.
Tetap saja ada hal yang
tidak bisa sepenuhnya kesampaian untuk kulakukan. Menulis secara pribadi yang lebih banyak. Menulis
merupakan keharusan untukku agar ide yang ada dalam benakku tidak hilang,
menguap begitu saja jika tidak segera dibuat tulisan. Benar, banyak ide dan pemikiran, akhirnya hilang begitu saja akibat kealpaanku untuk segera menulis. Mengutip pernyataan seorang penting di tahun lalu "waktu untuk
duduk buat menulis itu, belum ada" karena banyak faktor terjadi, apalagi
menjelang pentutupan 2014, kejadian yang menimpa Papaku, yang harus dirawat
di rumah sakit, membuat aku harus merevisi ulang baik-baik,
keinginanku untuk menulis tsb. Entah kapan pada akhirnya aku bisa benar-benar
duduk untuk menuliskan isi benakku. Aku tak hendak memaksakan keberuntunganku. Belum lagi, keinginan untuk mulai membuat customized things yang entah kapan bisa terlaksana.
Benar, aku cukup kehilangan
cukup banyak di 2014 lalu, tetapi aku pun mendapatkan jauh lebih banyak
daripada kehilangan yang kualami itu. Berkat dari Tuhan, sungguh luar biasa dan untuk
semua yang telah kulewati sepanjang 2014, hal yang baik maupun hal yang tidak
menyenangkan, semua itu membentuk aku yang saat ini, lebih bahagia. Inilah satu
dari sekian alasan untukku mengucapkan :
Terima kasih TUHAN, untuk segalanya.
Setiap hal baik bahkan yang
buruk sekalipun, terjadi untuk menempa kepribadianku, agar aku pantas untuk
"naik tingkat dengan nilai sangat memuaskan" selama menempuh
'pendidikan kehidupan' di "Universitas Kehidupan".
Yer 29:11 Sebab Aku
ini mengetahui
rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman
TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk
memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.
Resolusi 2015
Bercermin dari pengalaman lima tahun terakhir, ketika
resolusi yang direncanakan lebih banyak gatotnya (gagal total) pada akhirnya
aku lebih suka membuat garis besar resolusi saja untuk kemudian bersiap
menghadapi misteri, apa yang akan mampir di
dalam hidupku di tahun yang baru ini. Menghindari kekecewaan berat? Iya, itu satu dari sekian alasannya. Jika bisa mengantisipasi,
ya, baiknya hindarkalah hati dari rasa kecewa.
Terus melatih diri
menghadapi apapun yang tak terduga, merupakan resolusi yang akan terus
kulanjutkan setiap tahun
berlanjut dengan yang baru. Optimis daripada pesimis. Ketika mendapatkan
hal-hal yang menyenangkan, tak perlu bereaksi sukacita kelewatan. Ketika
mendapati hanya
kesedihan, dukacita,
kekecewaan, tak perlu sampai emosional berlebihan. Sekiranya bisa, hal-hal kebaikan, kesenangan, kebahagiaan,
kegembiraan, pokoknya hal-hal yang baik, aku ingin gores pada batu, sehingga
bisa terbaca selamanya. Sedangkan hal-hal negatif, kekecewaan, kesedihan, kemarahan, kutuliskan saja pada pasir
yang akan lalu bersama
angin seiring angin bertiup, akan
menghapuskan jejaknya.
Secara garis besar resolusi di 2015 : menjalani pola hidup lebih sehat lagi, berkaca dari
kejadian yang menimpa kesehatan Papaku. Kiranya ada belas kasihan Tuhan untuk
Papa.
Bepergian lebih banyak dan lebih jauh. Belajar lebih banyak,
bertemu orang baru lebih banyak lagi. Melaksanakan hal-hal yang tak sempat dilakukan di 2014, salah satunya membuat customized things itu. Kiranya
aku lebih berbahagia lagi.
Apa resolusi Anda tahun
ini?
Salam tahun baru,
Linda Cheang
Bandung, 5 Januari 2015